Random Post

Template Information

Kamis, 02 September 2010

Yang Telah Berlalu









GENERASI BIRU PENUH LUKA & PUTUS ASA




Menurut kalian apakah generasi biru itu…?, mungkin orang berpendapat, “ itukan film bioskop yang diperankan personel – personel SLANK “,yang bercerita tentang kekerasan rumah tangga, korupsi, narkoba, & sex. rumah tangga berantakan ( Broken Home ) yang identik dengan kehidupan negative & masa depan suram.




Nama ku Feri Irawan Syahputra Harahap, dari nama nya mungkin kalian sudah tau gimana ciri2 orangnya, kalau cewek yang melihat mungkin bisa jatuh cinta, ga percaya…? Liat aja ntar. Aku anak ke 2 dari 2 bersaudara, tapi abang diatas ku meninggal sesaat setelah selesai dioperasi waktu melahirkan. Jadi aku anak semata wayang yang jadi “ permata “. Mama & papaku sudah lama berpisah sejak aku masih umur 8 bulan, sedih banget ya…, walau terasa keluarga kecil saudara2 & keponakanku sering datang menemani, aku & mama sering pergi ketempat saudara2 lainnya.

Mamaku akan marah besar sama orang yang mengejekku apalagi sampai menangiskanku. Aku slalu dimanja, di sayang, disenangi orang2 di sekitar ku sampai teman2 bilang, “ Hey.. anak mami lagi ngapain..?. sifatku cengeng, pendiam & culun abis tentunya, tapi kelebihanku slalu juara kelas, pernah dapat juara 3 lomba cerdas cermat se kabupaten. Segitu doang aku udah bangga, bisa mengharumkan nama sekolahku & menyenangkan orang tua ku.




Beranjak aku SMP kelas 2 mamaku menikah lagi. Awalnya aku ga setuju, tapi karena iming2 menyekolahkanku setinggi – tingginya aku setuju. Memang tampaknya calon ayah tiri ini baik, & dia cukup di segani di daerahnya. Kehidupan kami cukup lumayan, aku selalu punya uang jajan banyak, punya 2 mobil untuk jalan2, yang 1 mobil angkot memang. Mamaku yang lebih sering jalan2, pergi ke Medan, belanja ke kota, pokoknya sering pergi2 deh. Aku yang lebih sering tinggal di rumah sendiri. Mamaku sepertinya lebih sibuk sama urusannya sendiri.




Tamat SMP aku melanjutkan SMA di Medan, senang banget rasanya bisa sekolah di Ibukota. Berteman sedikit demi sedikit akhirnya temanku banyak juga. Aku semangat sekali belajar di SMA PAB 8 Saentis, aku tinggal di rumah pamanku.

Awal kesuksesanku mendapat juara 3 lomba karya ilmiah B. Inggris & juara 3 umum 1 sekolah, bangga banget jadinya, seorang pendatang bisa jadi juara sekolah & cukup terkenal padahal baru berapa bulan masuk sekolah. aku dikenal murid yang aktif di sekolah, ramah lingkungan artinya murah senyum bukan senyum murahan lho. pokoknya jangan panggil namaku feri kalau aku ga bisa buat kalian tersenyum & tertawa. Sering jalan2 sama teman2, ngejam bareng teman2 di studio, aku ga pernah deh rasain yang namanya bosan plus bête.

Ternyata semangat belajar ku itu hanya sebentar saja, ketika mamaku menyuruh ku pindah sekolah, akibat dari perbedaan pendapat antara mama & pamanku.




Aku pindah sekolah dikampungku, akupun memulai sekolah di kampung ku, tapi rasanya jauh beda dengan disana, disini terlalu membosankan, melihat sekolah yang pengab, banyak debu juga siswa – siswi yang kampungan. Aku merasa takut sekolah disini, takut rusak & putus ditengah jalah, aku pun bertanya – Tanya kenapa mamaku menyekolah kan ku disini tak lama aku pun mengetahuinya bahwa ekonomi keluarga ku mulai merosot & rupanya saudara tiriku sering ribut yang satu dengan yang lain, mereka bawa – bawa nama mamaku yang merusak ekonomi mereka.




Aku memulai sekolah di SMK DWI GUNA ini, udah lama aku tahu kalau sekolah ini jarang menghasilkan siswa – siswi berkualitas, tapi karena perintah orang tua ya….., apa boleh buat. Pokoknya aku harus tetap semangat, murid yang berkualitas itu tergantung kepada tingkah laku murid itu sendiri. Teman2 SMP rupanya banyak juga sekolah disini. Mudah dong buat bergaul kembali, walau tingkah lagu mereka sok2, ada yang sok jago, sok cantik, sok kaya, mereka terlalu narsis.




Alhamdulillah hasil ujian pertama ku cukup lumayan juga, walau Cuma masuk 10 besar aku tetap bersyukur.




Tapi kenapa di keluarga ku sering ribut, mama ku selalu dimarihin ayah tiriku jelas dong aku ga mau terima kalau orang tua kandungku diperlakukan seperti itu. Ayah tiri itu selalu saja bilang “ percuma aku sekolahin dia ( aku red ), selama ini dia tak pernah panggil aku ayah, rugi aku kalau gitu”, itu lah kata2 yang sering kudengar. Jangan kan sama ayah tiri, sama papa kandungku pun aku ga pernah sebut kata ayah ( waktu SD kelas 3 dia menjengukku ). Memang bagi ku terlalu berat ucapin kata itu, karena sejak kecil aku ga pernah merasakan seorang papa ada disampingku, yang membimbing aku, membiayai kebutuhanku, member ku perhatian & memberikan kasih sayang kepadaku.




Aku tahu kalau ekonomi keluarga ku mulai merosot, mereka sampai jual tanah, jual kebun untuk membiayai anak mereka yang jadi buronan polisi itu. Mamaku selalu disalahkan merusak ekonomi mereka, & termasuk aku. Sebagai seorang suami mestinya harus bertanggung jawab dong & adil kepada semuanya, jangan seenaknya menyalahkan. Jadinya Mama sering memarahi ku, dengan kata2 yang selama ini ga kusangka mama tega ucapinnya, kata2 mama yang selalu ku ingat, “ jangan kau bertingkah sok orang kaya, ayah pun ga ada nya”, “ kalau kau mau uang, cari sana kerjamu”, “ keluarga ayahmu ga ada apa2 di banding keluarga si Siti ( adik tiriku dari mama ).

Jadi Ayah tiriku memutuskan untuk tidak membiayai sekolahku lagi, aku terima tapi harta milik mamaku harus dibagi, karena tidak semua harta itu milik mereka. Ayah tiri itu menolak bahkan merencanakan menjual rumah yang dibangun mamaku, sekarang aku ga terima masa semua harus jadi miliknya dasar rakus, sifatnya pun hanya bermanis2 di depan saja. Pasti semua orang ga suka liat sikap yang seperti itu, ya.. kan. aku sering buat keributan, aku sering berantem sama ayah tiriku, sampai2 mama pernah pingsan, tetangga pun selalu rame menonton pertunjukkan kami, semua itu terlalu memalukan buat keluarga ku, suasana rumah tak pernah damai, tangisan mamaku selalu ku dengar. Akhirnya mereka memutuskan untuk membangun rumah baru. Mereka pun pindah, maafkan aku mama yang keterlaluan.




Akupun tinggal sendiri dirumah, masak sendiri, tidur sendiri, semua hanya sendiri. Demi menambah keuangan ku, aku membuka kedai kecil2 an. Jualan ku sering cepat habis, bahkan terkadang ada yang belanja, barang nya ga ada. Aku semangat sekali berjualan daripada sekolah. aku ga niat lagi bersekolah, rasanya membosankan & bête terus diruangan. Seminggu Cuma 2 kali sekolah. aku sering dihukum, di hukum push up, guling2 dilapangan, hormat bendera tanpa baju & sepatu sampai pulang sekolah, di libas2, di sepak seperti bola, di tunjang2 kaya penyiksaan STPDN. pokoknya kalau aku sekolah ada saja masalah yang datang. Mulai dari menangiskan guru, namanya ibu Ririn ( mungkin karena cintanya kutolak ya.., canda lho ), merokok di lantai 3, catatan tak pernah lengkap, absen yang bejibun sampai dijuluki si cabai rawit yang timbul – tenggelam seperti ikan buntel, ketahuan bawa narkoba, selalu tidur dikelas waktu belajar, cabut les, ada plus2 sama cewek, menendang bola ke kepala istri kepala sekolah yang jelek itu, sampai pernah berantam sama bapak kepala sekolah, namanya pak rustam, habis dia sering tampar mukaku, menyepak badanku seperti binatang, aku dendam la.. ku lawan dong. Guru2 yang selalu menghukumku, Pak Pardede ( the killer yang gatal ), Bu Juntak ( si cerewet sok cantik ), Sumanto ( si black yang banci ), Sumadi ( wali kelas mirip Jacky chan ), Ibu SRI ( mata 4 yang cebol ), Jumiati ( si bongsor seperti kingkong ) & masih banyak lagi.





Daripada sekolah aku lebih senang di rumah gabung2 sama teman2 yang bajingan dari mulai pecandu biasa sampai Bandar narkoba, spesialis maling hp, maling ayam, maling sawit, maling motor, & maling jualan ku sendiri dasar teman bajingan. Semua berkumpul dirumahku, rumah ku ga pernah sunyi, selalu rame sampai jam 2 malam. Setiap malam kami “ pesta “, ribut2, nyanyi teriak2. Cacian & makian tetangga udah biasa ditelinga, jadi percuma saja mereka teriak2 seperti kondektur angkot, kami ga bakal diam, yang penting kami senang.




Sekolah ga lagi membuat surat panggilan untuk orang tua, tapi Ibu BP sendiri yang mendatangi rumah mamaku, Ibu itu pun menceritakan semua masalah ku disekolah selama ini. Mamapun memarahiku, tapi hanya sebentar kudengarkan, aku sering membantah, melawan sampai merusak apa yang ada di samping ku, kadang kata2 kotor keluar dari mulut ku yang ga bertulang. Kalau ada masalah lagi di sekolah Ibu BP yang langsung melapor ke mama, tapi masalahku selalu saja ada, bertingkah banget ya, sok cari sensasi, padahalkan aku bukan artis yang suka kawin cerai, mamapun bertindak, mungkin malu karena hari2 dapat laporan yang tidak enak di dengar, ditambah lagi dari laporan tetangga. Selain memarahi aku, Mama juga melaporkan tingkah teman2 ku sama orang tua masing2. Mamapun memutuskan kalau aku ga bisa berubah lebih baik lagi, mama ga mau lagi mengurusku, polisi lah nanti yang bertindak. Awal nya ku kira Cuma main2, ternyata benar teman ku yang asik lagi “ make “ ditangkap polisi yang berpura – pura jadi pembeli di kedai ku, untung aku ga ikut “ make “ waktu itu. Intel pun selalu mondar – mandir lewat depan rumah. Tentu dong kami takut jadi mangsa polisi berikutnya. ( Polisi kan rakus sama duit jadi disuruh apa saja pasti mau ). Kedai jualanku pun sehari Cuma buka 2 atau 3 jam saja, kalau mau “ make “ kami sekarang diam2.




Karena keuanganku ga memungkinkan lagi aku cari2 kerja, kerjapun paling lama 1 minggu habis itu keluar, cari lagi kerjaan yang lain. Walau aku di kategorikan korban GENERASI BIRU, tapi 1 kejahatan yang ga pernah ku lakukan, aku ga pernah “ mencuri ”, seperti teman2 yang lain. les2 menghadapi ujian pun ga pernah ku ikuti, ujian praktek pun kadang2 aku hadir & ujian akhirpun tiba, tapi aku ga pernah belajar, waktu ujian pun aku santai2 saja, ntar kan ada bantuan. Pengumuman hasil ujian pun di sebarkan, Ok… aku lulus…..,( ga senang, ga sedih ).




Teman2 ku pun mulai berhilangan 1/1, ada yang mati OD ( over dosis narkoba ), mati kecelakaan, mati balapan liar, ditangkapi polisi, melarikan diri karena buronan, & merantau. Baru deh ku mulai kesepian tinggal sedikit lagi teman2 yang ada, itu pun kadang mereka sibuk mencuri kelapa sawit. Aku gabung sama teman lamaku yang sifatnya baik2, tapi udah kuliah & yang lainnya malah menjauhiku ga mau lagi bergaul sama ku. Ada 1 orang lagi yang selama ini sudah kuanggap seperti saudara ku sendiri dia kupanggil dengan sebutan bapa ( om ), dulu kami selalu bersama2 kemana aja, dia udah menikah & punya anak, paling besar nya 1 tahun di atas ku. Diapun masih mau menemaniku, tapi ternyata aku baru sadar setelah mendengar dari teman kalau dia mengidap kelainan sex, dia homo. i…. jijik, pantes kemaren2 itu aku yang selalu di suruh boncengin dia pakai sepeda motornya, lalu aku selalu menghindar kalau dia cari2, takut di perkosa kan aku. Amit2…




Sekarang sendiri terus, selalu melamun di teras rumah udah seperti orang gila ga ada lagi gunanya untuk hidup. Mamaku udah cuek sama ku, tetangga2 udah mengucilkanku, perasaanku setiap malam ga pernah tenang, rasanya teman2ku yang udah mati mendatangi ku & mengajak ku jalan2. Karena itu aku ga peduli lagi tentang perasaan, jatuh cinta atau peduli tentang orang lain. Aku acuh & ketus orang2 sudah menganggapku ga ada di sekitar mereka. Aku selalu jenuh, hidupku selalu monoton. Putus asa untuk kedepan nya, ga ada lagi masa depan buatku. Sebelum tidur aku selalu menatap pondasi rumah, apakah sebaiknya aku bunuh diri saja, kadang ku coba mengambil tali & mengikatnya dileherku, tapi aku takut melakukannya, aku sering juga mencekik – cekik leherku tapi sakit juga, emang ga enak ya kalau mau mati. Dalam dunia anak Jaman sekarang mati bunuh diri itu di bilang banci, kampungan, yang trenkan mati OD ( overdosis narkoba ).




Mama pun mengajak untuk tinggal bersama mereka, akupun pindah, semua barang2 ku diangkut & rumah ku pun disewakan, Selamat tinggal Markas Besar semoga penghuni baru mu jauh lebih baik merawat mu, selamat tinggal tetangga2 ku, selamat tinggal teman2 semuanya, good bye all.




Pertama2 semua baik2 saja di rumah baru mama, tapi lama – kelamaan pertengkaran aku & ayah tiri START lagi, aku jarang di rumah, aduh bosan…., malu dong sama tetangga, aku bertanya – Tanya dalam hati sebenarnya ini salah siapa…? Aku atau ayah tiriku, tapi kenapa di usiaku yang seharusnya mendapat kasih sayang & perhatian penuh malah hilang dari keluarga ku, juga bukan kasih sayang yang ku dapatkan melainkan aku yang selalu jadi sasaran kemarahan, yang selalu di salahkan, dikucilkan & terpojokkan keluarga ku sendiri.

sampai pernah aku melarikan diri kekampung nenek, disana mungkin ada keluarga yang masih mau mendengar jeritanku,,., saudara2 Cuma bilang udah sabarkan saja, ( sabar sampai kapan ). aku hanya tinggal 3 bulan bersama mereka, lalu aku memutuskan untuk merantau ke Negri orang, mama memberi ku ijin. Aku pun berangkat ku salam tangan mamaku, & adik tiriku, tapi ayah tiriku tidak akan pernah.

Doain aku mama, Selamat tinggal mama…..

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

0 komentar:

Posting Komentar