Random Post

Template Information

Senin, 13 September 2010

Malaysia Terus Lecehkan Indonesia

i
Rate This
Quantcast
Konflik Indonesia Malaysia bukanlah isu baru. Sebagai Negara tetangga, hubungan bilateral kedua Negara kerap diwarnai oleh masalah yang membuat rakyat serta elit politik geram. Beragam masalah mulai dari isu perbatasan wilayah, isu ketenagakerjaan, klaim budaya, sampai dengan rasisme. Orang Malaysia suka menyebut kita ‘indon’ dan kita membalasnya dengan sebutan ‘malingsia’. Negeri maling yang suka mencuri wilayah kedaulatan Negara lain, kekayaan alam seperti ikan dan hutan, atau sekedar mencuri lagu dan kekayaan budaya kita. Indonesia Malaysia sebagai Negara tetangga memang suka bertengkar hebat. Padahal, mayoritas kita adalah saudara serumpun, satu ras, dan satu saudara sesama muslim.
Dewasa ini, masalah Indonesia Malaysia kian memanas. Tiga petugas Indonesia ditangkap polisi Malaysia di wilayah perairan Indonesia saat mereka menjalankan tugas negara. Kabarnya, ketiganya juga diperlakukan tidak patut di sana. Lebih ironisnya lagi, mereka ditukar dengan tahanan pencuri ikan asal Malaysia. Sebuah fakta yang melecehkan dan mengusik harkat dan martabat kita sebagai bangsa yang besar. Rakyat pun berang. Seperti biasanya, sebagian masyarakat kita melampiaskan emosinya melalui demonstrasi. Demonstrasi inilah yang berlebihan dan menyulut amarah Malaysia. Ada dua kesalahan dari demonstrasi tersebut yang membuat Malaysia geram. Menginjak-injak bendera Malaysia dan melempari kedutaan besar negri jiran itu dengan kotoran manusia. Pemerintah Malaysia pun meradang dan berkata tidak akan memaafkan serta mengeluarkan pernyataan yang provokatif. Kondisi dalam negeri pun kian memanas. Seharusnya Indonesialah yang lebih marah dibandingkan Malaysia. Bukan sebaliknya. Surat protes Indonesia bahkan tidak ditanggapi. Jangankan meminta maaf, Malaysia justru terus melecehkan kita dengan pernyataan-pernyataan provokatif. Ketegasan pemimpin Negara ini pun ditunggu-tunggu. Presiden Republik ini, sama seperti biasanya, bersikap damai dan normative. Padahal, banyak kalangan yang mendesak Presiden agar mengambil langkah tegas. Langkah tegas ini tidak berarti harus perang. Kita bisa menarik duta besar kita, pemutusan hubungan diplomatic, sampai menarik TKI kita yang berada di sana. Mereka pun kecewa dengan langkah yang diambil oleh pemerintah. Saudara-saudara sebangsa dan setanah air,
apapun perkembangan ke depannya, ada beberapa hal yang perlu ditegaskan di sini. Pertama, sebagai Negara besar, kita harus tetap BERSATU. Jangan sampai situasi ini justru dimanfaatkan oleh kekuatan lain untuk melemahkan pemerintahan kita dan menghancurkan negeri ini. Ingat, “musuh” kita bukan hanya Malaysia saja. Lihat sejarah masa lalu! Pada saat konfrontasi, negeri kita justru digerogoti pemberontak komunis. Rakyat tidak boleh berpecah belah dalam hal ini. Tidak perlu berbuat anarkis dan kekerasan yang justru merugikan diri kita sendiri. Kewajiban rakyat adalah tetap taat kepada pemimpin (pemerintah). Jangan sampai justru menghujat pemimpin dan berpecah belah. Ini sama saja kita kalah sebelum berperang. Dengan ketaatan dan persatuan ini, kita akan tetap kuat dan terorganisir rapi. Sulit diobok-obok dan dihancurkan. Saat diperlukan, kita siap sedia berjuang. Dan kalau belum diperlukan maka jangan sampai kita mendahului pemimpin. Poin kedua, kita harus menunjukkan jati diri kita sebagai bangsa yang besar. Bangsa besar adalah bangsa yang mampu menaklukkan sekaligus mengelola diri sendiri dengan baik. Bangsa yang mampu meredam gejolak emosi dan menyalurkannya dalam aksi yang konstruktif. Bangsa yang mampu menjaga tali silaturahmi di saat bangsa lain justru menodai dan berniat memutuskannya. Bangsa yang mampu memaafkan bangsa lain di saat kita lebih kuat dan sebetulnya mampu untuk mengganyang Malaysia. Sesungguhnya bangsa kita lebih kuat dan lebih besar dibandingkan Malaysia. Dan sesungguhnya kita akan lebih mulia kalau kita mampu memaafkan dan menjaga tali silaturahmi yang telah terjalin selama puluhan tahun. Hal ini bukan karena kita takut dan tidak punya harga diri. Melainkan karena Malaysia baru “mencubit” kita, belum “menampar” kita. Kalau sudah benar-benar mengancam, tentulah satu tembakan yang diarahkan ke kapal perang kita, harus dibalas setimpal ke kapal perang mereka. Tak ada kata kompromi menyangkut soal kedaulatan. Ketiga, jika sikap di atas justru ditanggapi oleh Malaysia dengan lebih arogan, mereka lebih sombong dari yang sekarang, lebih dholim dari yang sekarang, merasa bangga dengan diri mereka sendiri, maka kita lihat saja akhir dari sebuah bangsa yang menyombongkan diri dan suka mendholimi bangsa lain. Semoga Alloh menghinakan dan menenggelamkan bangsa-bangsa yang sombong lagi berbuat dholim terhadap bangsa lain. Kewajiban kita adalah mengingatkan mereka, bersabar dan tetap bersiap siaga di perbatasan negara kita. Terakhir saudaraku, negara besar bukanlah negara yang arogan. Bukan Negara yang reaktif apalagi manipulative dalam mengganggu kedaulatan Negara lain. Negara besar adalah Negara kuat yang bersatu dan berdaulat dalam menciptakan keadilan, menyejahterakan rakyat, serta bermanfaat dalam kehidupan dunia internasional. Marilah kita buktikan, bahwa rakyat kita semakin dewasa, semakin arif bijaksana, semakin beradab dan semakin besar seiring dengan masalah dan tantangan yang ada dalam perjalanan kehidupan berbangsa dan bernegara. Biarlah dosa Malaysia atas Indonesia ini, kita sikapi dengan jiwa yang besar. Mari kita bersabar dan menunaikan kewajiban kita untuk menjaga dan membangun negeri ini dengan karya yang nyata! Bukan aksi merusak yang justru menambah beban dan tangis ibu pertiwi. Malaysia terus melecehkan Indonesia karena kita terkesan lemah, terus
bertengkar, tidak bersatu, emosional, tidak disiplin, penuh
ketidakadilan, miskin dan bodoh. Sejarah membuktikan, di saat aksi
GANYANG MALAYSIA tahun 60-an, Indonesia justru kalah karena “kudeta”
dalam negeri dan kalah dalam diplomasi. Padahal, militer Indonesia
hampir mencaplok negeri jiran itu. Ironis, kita dikalahkan oleh diri
kita sendiri. Jangan sampai hal itu berulang lagi.

Marilah kita berkaca! Jadikan ini momentum untuk bertumbuh. Kalau
kita menjadi besar, jangankan Malaysia, Negara besar macam Amerika dan
Cina pun akan segan terhadap bangsa kita. Oleh karena itu, mari kita
percepat pembangunan di Negara kita, agar Indonesia menjadi bangsa yang
kuat dan maju!
Merdeka !

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

0 komentar:

Posting Komentar