i
Rate This


Konflik Indonesia Malaysia bukanlah
isu baru. Sebagai Negara tetangga, hubungan bilateral kedua Negara
kerap diwarnai oleh masalah yang membuat rakyat serta elit politik
geram. Beragam masalah mulai dari isu perbatasan wilayah, isu
ketenagakerjaan, klaim budaya, sampai dengan rasisme. Orang Malaysia
suka menyebut kita ‘indon’ dan kita membalasnya dengan sebutan
‘malingsia’. Negeri maling yang suka mencuri wilayah kedaulatan Negara
lain, kekayaan alam seperti ikan dan hutan, atau sekedar mencuri lagu
dan kekayaan budaya kita. Indonesia Malaysia sebagai Negara tetangga
memang suka bertengkar hebat. Padahal, mayoritas kita adalah saudara
serumpun, satu ras, dan satu saudara sesama muslim.

Dewasa ini, masalah Indonesia Malaysia kian memanas. Tiga petugas
Indonesia ditangkap polisi Malaysia di wilayah perairan Indonesia saat
mereka menjalankan tugas negara. Kabarnya, ketiganya juga diperlakukan
tidak patut di sana. Lebih ironisnya lagi, mereka ditukar dengan tahanan
pencuri ikan asal Malaysia. Sebuah fakta yang melecehkan dan mengusik
harkat dan martabat kita sebagai bangsa yang besar.
Rakyat pun berang. Seperti biasanya, sebagian masyarakat kita
melampiaskan emosinya melalui demonstrasi. Demonstrasi inilah yang
berlebihan dan menyulut amarah Malaysia. Ada dua kesalahan dari
demonstrasi tersebut yang membuat Malaysia geram. Menginjak-injak
bendera Malaysia dan melempari kedutaan besar negri jiran itu dengan
kotoran manusia. Pemerintah Malaysia pun meradang dan berkata tidak akan
memaafkan serta mengeluarkan pernyataan yang provokatif. Kondisi dalam
negeri pun kian memanas. Seharusnya Indonesialah yang lebih marah
dibandingkan Malaysia. Bukan sebaliknya. Surat protes Indonesia bahkan
tidak ditanggapi. Jangankan meminta maaf, Malaysia justru terus
melecehkan kita dengan pernyataan-pernyataan provokatif. Ketegasan
pemimpin Negara ini pun ditunggu-tunggu.
Presiden Republik ini, sama seperti biasanya, bersikap damai dan
normative. Padahal, banyak kalangan yang mendesak Presiden agar
mengambil langkah tegas. Langkah tegas ini tidak berarti harus perang.
Kita bisa menarik duta besar kita, pemutusan hubungan diplomatic, sampai
menarik TKI kita yang berada di sana. Mereka pun kecewa dengan langkah
yang diambil oleh pemerintah.
Saudara-saudara sebangsa dan setanah air,

apapun perkembangan ke depannya, ada beberapa hal yang perlu
ditegaskan di sini. Pertama, sebagai Negara besar, kita harus tetap
BERSATU. Jangan sampai situasi ini justru dimanfaatkan oleh kekuatan
lain untuk melemahkan pemerintahan kita dan menghancurkan negeri ini.
Ingat, “musuh” kita bukan hanya Malaysia saja. Lihat sejarah masa lalu!
Pada saat konfrontasi, negeri kita justru digerogoti pemberontak
komunis. Rakyat tidak boleh berpecah belah dalam hal ini. Tidak perlu
berbuat anarkis dan kekerasan yang justru merugikan diri kita sendiri.
Kewajiban rakyat adalah tetap taat kepada pemimpin (pemerintah). Jangan
sampai justru menghujat pemimpin dan berpecah belah. Ini sama saja kita
kalah sebelum berperang. Dengan ketaatan dan persatuan ini, kita akan
tetap kuat dan terorganisir rapi. Sulit diobok-obok dan dihancurkan.
Saat diperlukan, kita siap sedia berjuang. Dan kalau belum diperlukan
maka jangan sampai kita mendahului pemimpin.
Poin kedua, kita harus menunjukkan jati diri kita sebagai bangsa yang
besar. Bangsa besar adalah bangsa yang mampu menaklukkan sekaligus
mengelola diri sendiri dengan baik. Bangsa yang mampu meredam gejolak
emosi dan menyalurkannya dalam aksi yang konstruktif. Bangsa yang mampu
menjaga tali silaturahmi di saat bangsa lain justru menodai dan berniat
memutuskannya.
Bangsa yang mampu memaafkan bangsa lain di saat kita
lebih kuat dan sebetulnya mampu untuk mengganyang Malaysia. Sesungguhnya
bangsa kita lebih kuat dan lebih besar dibandingkan Malaysia. Dan
sesungguhnya kita akan lebih mulia kalau kita mampu memaafkan dan
menjaga tali silaturahmi yang telah terjalin selama puluhan tahun.
Hal ini bukan karena kita takut dan tidak punya harga diri. Melainkan
karena Malaysia baru “mencubit” kita, belum “menampar”
kita. Kalau
sudah benar-benar mengancam, tentulah satu tembakan yang diarahkan ke
kapal perang kita, harus dibalas setimpal ke kapal perang mereka. Tak
ada kata kompromi menyangkut soal kedaulatan.
Ketiga, jika sikap di atas justru ditanggapi oleh Malaysia dengan
lebih arogan, mereka lebih sombong dari yang sekarang, lebih dholim dari
yang sekarang, merasa bangga dengan diri mereka sendiri, maka kita
lihat saja akhir dari sebuah bangsa yang menyombongkan diri dan suka
mendholimi bangsa lain.
Semoga Alloh menghinakan dan menenggelamkan
bangsa-bangsa yang sombong lagi berbuat dholim terhadap bangsa lain.
Kewajiban kita adalah mengingatkan mereka, bersabar dan tetap bersiap
siaga di perbatasan negara kita.
Terakhir saudaraku, negara besar bukanlah negara yang arogan. Bukan
Negara yang reaktif apalagi manipulative dalam mengganggu kedaulatan
Negara lain. Negara besar adalah Negara kuat yang bersatu dan berdaulat
dalam menciptakan keadilan, menyejahterakan rakyat, serta bermanfaat
dalam kehidupan dunia internasional. Marilah kita buktikan, bahwa rakyat
kita semakin dewasa, semakin arif bijaksana, semakin beradab dan
semakin besar seiring dengan masalah dan tantangan yang ada dalam
perjalanan kehidupan berbangsa dan bernegara.
Biarlah dosa Malaysia atas Indonesia ini, kita sikapi dengan jiwa
yang besar. Mari kita bersabar dan menunaikan kewajiban kita untuk
menjaga dan membangun negeri ini dengan karya yang nyata! Bukan aksi
merusak yang justru menambah beban dan tangis ibu pertiwi.

Malaysia terus melecehkan Indonesia karena kita terkesan lemah, terus
bertengkar, tidak bersatu, emosional, tidak disiplin, penuh
ketidakadilan, miskin dan bodoh. Sejarah membuktikan, di saat aksi
GANYANG MALAYSIA tahun 60-an, Indonesia justru kalah karena “kudeta”
dalam negeri dan kalah dalam diplomasi. Padahal, militer Indonesia
hampir mencaplok negeri jiran itu. Ironis, kita dikalahkan oleh diri
kita sendiri. Jangan sampai hal itu berulang lagi.
Marilah kita berkaca! Jadikan ini momentum untuk bertumbuh. Kalau
kita menjadi besar, jangankan Malaysia, Negara besar macam Amerika dan
Cina pun akan segan terhadap bangsa kita. Oleh karena itu, mari kita
percepat pembangunan di Negara kita, agar Indonesia menjadi bangsa yang
kuat dan maju!
Merdeka !
0 komentar:
Posting Komentar